ittifaqiah.ac.id_Indralaya; Tak terasa genap 17 tahun kerjasama antara Pondok Pesantren Al-Ittifaqiah Indralaya dengan negara Jepang. Terhitung sejak Kunjungan Pendidikan Pimpinan memenuhi undangan Kaisar Jepang melalui duta besar tepatnya pada tahun 2004 silam. Sampai detik ini, silaturahim tetap terjalin dengan baik.
Awetnya hubungan Al-Ittifaqiah dan Jepang ini adalah suatu prestasi luar biasa, selain saling mensukseskan program masing-masing. Jalinan kerjasama juga merambah pada tatanan isu-isu dunia khususnya dalam bidang pendidikan dan lingkungan hidup.
Sudah banyak santri-santri Al-Ittifaqiah berkesempatan ke negara Sakura melalui program pertukaran pelajar dan beasiswa S1 termasuk juga pertukaran tenaga pendidik.
Di ranah bantuan fisik, baru-baru ini Jepang membangunkan gedung belajar 2 lantai (4 lokal) untuk santri madrasah ibtidaiyah senilai Rp. 906.333.000,- dengan waktu pengerjaan mulai bulan Desember 2019 sampai agustus 2020.
Drs. K.H. Mudrik Qori, MA Mudir Al-Ittifaqiah Indralaya menggucapkan banyak terima kasih kepada pemerintahan Jepang melalui Duta Besar Luar Biasanya di Indonesia karena telah banyak membantu pondok. Ini tidak lain adalah adanya kesamaan visi misi dalam memberantas kemiskinan, teroris dan kemanusiaan melalui memberikan pelayanan pendidikan berkualitas untuk semua lapisan masyarakat.
“Santri-santri dididik agar kelak mereka menjadi Rahmatan Lil Alamin (Rahmat Bagi Semesta Alam)yang terkandung didalamnya rasa perdamaian, kasih sayang antar sesama, kepedulian pada alam sekitar serta cinta tanah air”, ungkap mudir.
“Dengan mencerdaskan generasi penerus, Insyaallah beransur-ansur akan menekan angka kemiskinan, angka kriminalitas/teroris, memupuk rasa pluralisme dan isu-isu kemanusiaan lainnya, serta menjaga keberlangsungan lingkungan hidup”.
“Kedepan, tentu saja silaturahim ini akan terus kita tingkatkan, untuk Rahmatan Lil Alamin”, tambahnya.
Sementara itu kepala madrasah ibtidaiyah (MI) ustad. Tiram, M.Pd.I. menjelaskan santri MI sekarang berjumlah 1.029 dan khusus gedung baru bantuan Jepang ditempati santri-santri kelas III yang berjumlah 187 orang tetapi kita tetap menerapkan protokol kesehatan sehingga harus menjaga jarak.