ittifaqiah.ac.id._Yogyakarta: Ikatan keluarga Alumni Pondok Pesantren Al-Ittifaqiiyah (IKAPPI) Cabang D.I Yogyakarta, mengadakan seminar kepesantrenan dan dilangsungkan acara  bedah buku dengan judul “Semesta Al-Ittifaqiyah; Refleksi dari bilik Pesantren”, Sabtu (14/10). Acara ini sekaligus memperingati Anniversary IKAPPI yang ke sembilan belas tahun serta menyambut Hari Santri Nasional ketiga di tahun 2017.

Hadir penulis buku Semesta Al-Ittifaqiyah sekaligus pengasuh pondok pesantren Al-Ittifaqiyah Indralaya Sumatra Selatan KH. Mudrik Qori, MA. Pembukaan acara itu diawali dengan pelantikan pengurus baru IKAPPI cabang D.I. Yogyakarta masa khidmat 2017-2019. Dalam sambutannya Kiai Mudrik Qori menyampaikan semoga IKAPPI Cabang D.I Yogyakarta senantiasa berpacu lebih cepat untuk memajukan bangsa dan progresif dalam membawa rahmat bagi semesta alam.

“Mengemban tugas dengan baik, amanah, serta memegang teguh iman dan Islam cinta tanah air. Maka kejayaan bisa diperoleh dengan mudah oleh alumni. Jayalah IKAPPI, semangatlah,” tutup Kiai Mudrik.

Usai pelantikan dilanjutkan dengan bedah buku yang dihadiri oleh para peserta dari kalangan Akademisi, mahasiswa dan tokoh masyarakat. Hadir pula guru besar UIN Sunan Kalijaga Prof. Muhammad Chirzin, Pengasuh Pondok Mlangi Sleman Gus Irwan Masduqi M.Hum, Dosen Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Dr. Abdul Mustaqim.

Ada banyak pesan menarik dari buku semesta Al-Ittifaqiyah ini, Prof. Muhammad Chirzin mengawali komentarnya terhadap buku semesta Al-Ittifaqiyah,

“Pesantren harus selalu beradaptasi dengan zaman di mana dia berada. Pesantren mengajarkan kesederhanaan dan juga kekuatan persaudaraan terutama persaudaraan sesama santri meskipun santri datang dari berbagai daerah yang mempunyai banyak perbedaan, maka jalinan persaudaraan harus diutamakan tanpa melihat suku dan rasnya,” ujar Prof. Chirzin.

Sementara itu, Gus Irwan Masduqi menambahkan bahwa, dari seratus ribu lebih pesantren yang ada di Indonesia Al-Ittifaqiyah bisa dijadikan refleksi dan acuan bagaimana pengelolaan system kepesantrenan yang modern dan terstruktur.

“Di Pesantren bukan hanya diajarkan mengaji dan beribadah wajib lainya, tetapi juga membangun dan membentuk karakter yang baik sesuai dengan karakter yang telah ditetapkan di pesantren tersebut. Karena menurut karakter Building, karakter yang baik adalah di pesantren,” ujar Gus Irwan.

Gus Irwan menambahkan bahwa santri dewasa ini harus memiliki wawasan luas, maju secara intelektual dan spiritual, tuturnya.

Dr. Abdul Mustaqim ikut berargumen bahwa santri kewajiban pertamanya adalah mengaji.

“Siapa pun santrinya jika tidak pernah ngaji maka dia tidak akan mendapatkan apa-apa di pesantren. Mengaji bukan hanya proses transmisi antara guru dan murid tetapi ada keberkahan dalam setiap proses ngaji tersebut, santri di pesantren diajarkan pula tentang keikhlasan dalam hal apa pun. Karena ikhlas adalah kunci dari segala pintu yang akan kita masukkan. Santri diharapkan bukan hanya cerdas ilmu tetapi juga harus mempunyai karakter yang kuat sebagai santri berkualitas emas,” tandas Abdul Mustaqim. (Ferdiansah/Rokhim)

 

sumber: http://bangkitmedia.com/pesantren-harus-selalu-beradaptasi-dengan-zaman/