Indralaya (03/03), usai mendampingi ketua Yayasan Islam Al-Ittifaqiah (YALQI) Indralaya Drs. K.H. Syamsul Bahri HAR menerima penghargaan “INDONESIA BEST 50 TRUSTED SCHOOL AWARD kategori THE BEST FAVORIT ISLAMIC SCHOOL OF THE YEAR” di Bale Room Grand Inna Kuta Bali (07/02), rombongan studi tour STITQI yang dipimpin ketua STITQI Indralaya ustaz Muhyidin, MA, mengunjungi Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (UNIPDU) dan Universitas K.H. Abdul Wahab Hasbullah (UNWAHA) Jombang Jawa Timur.
Kunjungan silaturahim yang telah dijadwalkan sebelumnya ini langsung disambut oleh Rektor UNIPDU Prof. Dr. H. A. Zahroh, MA., dan direktur rumah sakit Medica Pondok Pesantren Darul Ulum Dr. Ali Zulfikar.
Mengawali sambutan dari STITQI, Ketua YALQI Drs. K.H. Syamsul Bahri HAR mengemukan bahwa tujuan dari kunjungan silaturahim ini adalah untuk observasi dan belajar dari pengalaman UNIPDU mengembangkan perguruan tingginya. “Kami berterima kasih atas segala sambutan yang begitu hangat ini. Saya juga memohon maaf karena pemberitahuan kunjungan kami hari ini begitu mendadak dan kami sangat tidak menyangka kalau sambutannya begitu hangat. Kami juga sangat mengharapkan keluarga besar UNIPDU untuk berkunjung ke Al-Ittifaqiah Indralaya Sumatera Selatan”, ungkapnya.
UNIPDU saat ini, seperti yang dikemukakan rektornya, sedang mengembangkan sebuah studi baru yang mereka namai dengan ‘solusi spiritual’. Hal itu dilandasi dengan keyakinan bahwa spiritualitas adalah sesuatu yang ilmiah dan bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Setelah solat Zuhur rombongan melanjutkan perjalanan ke UNWAHA yang kebetulan berada di kabupaten yang sama, Jombang. Di sana rombongan disambut oleh Pembantu Rektor Dr. H. Abdul Thalif, ME., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Drs. Kh. Ahmad Akhsan, S.Pd.I, dan Drs.H. M. Ansori Dekan Fakultas Agama beserta beberapa pengurus lainnya.
Di UNWAHA ini rombongan STITQI mendapatkan pengalaman yang sangat berharga. Diantaranya tentang pengembangan jurusan Pendidikan Bahasa Arab. Pengembangan jurusan ini di Jombang cukup memprihatinkan. Peminatnya sangat sedikit dan cenderung terus menurun. Untuk menyiasati kondisi tersebut pihak kampus bahkan sampai menggratiskan biaya kuliahnya. Itupun ternyata masih tidak cukup ampuh karena hingga saat ini jumlah mahasiswa di jurusan PBA tersebut hanya tersisa 19 orang.
Memang fenomena jurusan PBA ini tidak hanya terjadi di UNWAHA tapi juga di berbagai perguruan tinggi Islam lainnya di Indonesia, yang negeri sekalipun. Hal yang sama juga pernah dialami oleh STITQI. Itulah sebabnya hingga saat ini prodi tersebut tidak dibuka di STITQI. Pernah dibuka, memang. Tapi tidak ada peminatnya.