Stitqi.ac.id (09/01)- “Walaupun sudah dewasa mahasiswa harus tetap disiplin, apalagi mahasiswa STITQI yang kelak akan menjadi pendidik. Disiplin tidak identik dengan anti kebebasan. Sebab justru kebebasan yang tidak dibarengi dengan disiplin untuk membatasi diri akan membuat kebebasan itu menjadi tidak bernilai”, begitu pesan dari Ketua STITQI ustadz Muhyidin, M.A. saat memberikan wejangan kepada mahasiswa STITQI sebelum mengikuti ujian akhir semester ganjil tahun akademik 2016-2017.
Penekanan itu juga disampaikan oleh Wakil Ketua I DR. Hj. Muyasaroh, M.Pd.I. , “Semua mahasiswa harus berpakaian islami dan mengikuti ujian dengan akhlakul karimah.”
Menurutnya pakaian adalah lambang martabat. Oleh karena itulah dalam adagium di Indonesia dikenal istilah ‘sandang, pangan dan papan’. Adagium itu sangat islami sebab pendahuluan sandang menegaskan bahwa bagi tradisi masyarakat Indonesia mendahulukan pakaian jauh lebih penting ketimbang makanan. Lebih baik tidak makan daripada tidak berpakaian.
Hal itu menandaskan bahwa manusia yang tidak punya makanan jauh lebih terhormat daripada manusia yang tidak berpakaian.
Dalam Islam yang utama dalam berpakaian bukan bagus atau tidaknya. Trendi atau tidak trendi. Akan tetapi yang paling utama adalah menutup aurat. Setelah itu usai maka bila punya kemampuan seorang muslim boleh berpakaian dengan berbagai pernik estetikanya.
Source: link berita stitqi