Oleh: Nurlaily Farades (Alumnus PPI 2010)

Menjadi yang terbaik tidaklah semudah mengerjapkan mata. Butuh proses, perjuangan, dan kesabaran dalam mewujudkannya. Bermimpi adalah langkah awal yang harus ditempuh. Laiknya kebanyakan orang, saya pun mengalami hal yang sama. Merangkak terlebih dahulu baru bisa berdiri.

Mimpi itu mulai merasuki pikiran tatkala seragam abu-abu telah resmi saya kenakan. Bermimpi menjelajahi Indonesia bahkan dunia. Mimpi yang sulit buat diwujudkan jika dilihat dari sudut pandang logika. Pecinta alam menaiki gunung mulai dari kaki gunung, saya memulai mimpi dengan belajar mencintai ilmu komunikasi seluruh dunia, yaitu ilmu bahasa. Tidak sulit mencari guru untuk belajar, Al-Ittifaqiah telah menyiapkan semua, baik bahasa Arab ataupun bahasa Inggris. Tidak lupa Al-quran menjadi salah satu ilmu yang harus saya kuasai untuk mewujudkan mimpi.

Masa abu-abu pun terlewati dengan kebahagian yang sulit untuk dilupakan. Bekal mulai terkumpul walau sedikit. ‘Ud’uunii astajiblakum, berdoalah kepada-Ku maka akan aku kabulkan. Janji Allah yang tak pernah diingkari. Ikhtiar yang diiring do’a tidak akan pernah sia-sia. Cairo, Mesir menjadi negara pertama yang saya kunjungi. Mendapat beasiswa yang tidak pernah terduga. Belajar banyak hal, mengukur kemampuan diri sekaligus melihat dan mensyukuri kebesaran Sang Pencipta.

10450183_10203518699945411_3389168854714000097_nCairo negara yang memiliki banyak julukan. Negeri Seribu Menara salah satu julukannya. Dikarenakan Cairo memiliki banyak masjid yang bermenara tinggi. Sehingga tatkala waktu sholat tiba, azan menggema seantero kota, membuatnya semakin bermakna. Ditambah lagi dengan banyaknya para ulama yang tinggal di negara tersebut, dan merupakan pusat peradaban dunia.

Salah satu ciri khas kota ini adalah bangunannya yang clasic. Hanya dengan melihatnya membuat kita seolah-olah berada di masa kejayaan ilmu-ilmu Islam. Kepercayaan masyarakat yang tinggi terhadap para ulama membuat mereka bisa beribadah menggunakan empat mazhab dengan tidak mengkafirkan satu sama lain.

Roti bulat terbuat dari gandum yang biasa disebut dengan ‘isy adalah makanan pokok negara tersebut. ‘isy ibarat nasi bagi orang Indonesia, tidak pernah luput ketika sarapan, makan siang dan makan malam. Coklat menjadi barang murah yang dapat dikonsumsi dengan mudah.

Musim dingin, dengan suhu yang mencapai 4 derajat celcius menjadi pengalaman tersendiri dalam menghadapinya. Rasa lapar yang selalu menghampiri, kaos kaki berlapis-lapis yang tidak akan pernah lepas kecuali ke kamar mandi, baju berlapis-lapis serta kasur dan selimut merupakan tempat yang paling menggoda ketika musim dingin adalah pengalaman yang membuat bibir menyunggingkan senyum ketika mengingatnya.

Segudang pengalaman lain yang tidak akan habis untuk diceritakan, membuat tangan pegal untuk menuliskannya. Pengalaman yang begitu banyak tidak akan didapat dengan hanya bertopang dagu dan memikirkan tanpa tindakan. Tidak perlu pusing memulai darimana. Mulailah dengan hal yang gratis namun menguntungkan “bermimpi”. Mimpi yang bukan hanya dilamunkan namun direalisasikan dengan do’a dan ikhtiar.