Disampaikan pada Acara Short Course Leadership Training Ikatan Alumni Pondok Pesantren Al-Ittifaqiah (IKAPPPI) Jakarta, Hotel Graha Dinar Jl. Raya Puncak Cisarua Bogor, 28 Desember 2010
Oleh: Drs.K.H.Mudrik Qori,M.A.
- Dalam kehidupan kontemporer dewasa ini, banyak pembicaraan tentang upaya demokratisasi,keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Sebagian besar perbincangan ini menjadi kontr-produktif, mencari kambing hitam,menampilkan pencintraan, atau mencari obat serba bisa yang mujarab dalam sekejap.sebagaimana kita amati , baik melalui opini maupun iklan di media, ruang publik dipenuhi oleh sebagai komoditas : produk industry, gaya hidup, budaya pop, sampai pada sikap politik.
Seirama dengan itu terjadi pula peristiwa negatif, misalnya mafia pajak,makalar kasus, kongkalingkong sipir penjara dan seterusnya telah memperlihatkan bahwa keadilan dan kesejahteraan masyarakat luas menjadi bahan permainan.Demikian pula, kasus video porno yang proses peradilannya sangat bertele-tele, mengingatkan kita bahwa upaya media menciptakan public figure perlu disikapi dengan lebih kritis. Bagaimanapun juga, sebagai hikmah dari peristiwa ini adalah memberikan keyakinan pada kita bersama bahwa haqqul yaqin, Indonesia terancam multi-krisis. Diiperlukan respon untuk mengantisipasinya.
- pendidikan selalu dibangun karena dua alas an, pertama misi (idialisme) dengan kekuatan nilai dan karakter, kedua permintaan pasar dengan kepentingan bisnis atau material atau capital, bahkan politik (positivistic-materialis). Ada yang “cerdas” memadukan keduanya.
Adalah nyata benar, sejak beberapa decade terakhir, arah dan pijakan pendidikan kita semakin bertumpu pada spesialisasi di bidang-bidang tertentu.Link and match dunia pendidikan dengan pasar kerja, mendorong proses spesialisasi itu semakin dalam.Dunia pendidikan telah menjadi sangat semakin terbiasa dengan kata eficiency (efisiensi), effectivity (efektivitas), excellency (keunggulan) dan egality (persamaan atau kesetaraan). Istilah yang di haraokan untuk memberikan sumbangan positif dunia pendidikan terhadap produktivitas Negara, kompetisinya dalam perdagangan internasional, stabilitas social dan kompetensi politik. Tetapi, kenyataan berkata lain.
Perkembangan orientasi kerja dalam dunia pendidikan, sangat menghambat perkembangan kreatifitas.Sedikit sekali kesempatan untuk mengembangkan diri dan memperluas cakrawala di luar spesialisasinya, karena orientasi senantiasa di arahkan pada focus profesi tertentu yang sudah terspesialisasi. Pada giliranny, pandangan dan pengetahuan hanya terbatas pada bidang spesialisasi sehingga di antara elit terpelajar tedak terdapat kapasitas universum untuk berkomunikasi satu dengan yang lainnya.Muncullah robot-robot kehidupan yang berkegiatan tanpa hati dan emosi, tidak manusiawi, korup,zalim dan destruktif.Sudah menjadi rahasia umum bahwa sebagian besar orang tua selalu mendorong putera-puterinya untuk belajar pada bidang yang sudah ‘sangat pasti’, dengan maksud tidak lain karena bidang tersebut membawa pada kesempatan mendapat pekerjaan dengan prestise tinggi. Sikap orang tua semacam ini dpt di lacak kembali asal-usulnya ke masa colonial. Bahwa pendidikan, dibuka memang untuk mendidik dan mempersiapkannya untuk menjadi operator administarsi, penyelenggara pelayanan publik dan tenaga pelaksana industry pihak colonial itu. Sebagaimana terlihat pada perkembangan sejarahnya, pendidikan memang diselenggarakan untuk keperluan komersil, administrasi, dan kepentingan regimentasinya terhadap wilayah jajahan.
Setelah merdeka, dengan perubahan orientasi, acuan positivistic-materialis ternyata terus berlanjut pada masa-masa berikutnya. Ketika pembangunan menjadikan ekonomi sebagai ‘panglima’ dan teknologi sebagai senjatanya maka kebutuhan akan ilmu humaniora seolah tidak lagi dirasakan urgensinya. Minat serta permintaan terhadap tekno-ekonomi sangat tinggi, disusul oleh ilmu social, dan terakhir baru humaniora.
Pendidikan modern, yang sejarahnya di mulai dari persekolahan colonial, berkiblat ke tradisi keilmuan barat dengan corak positivism dan materialism yang sangat kuat. Hal ini sangat berbeda dengan tradisi pendidikan yang ada dalam masyarakat kita, terutama bila kita menelusuri kembali pada masa-masa awal kesejarahan kita. Pada masa lalu, baik pada zaman hindu, Buddha, dan akhirnya masa kedatangan islam, pendidikan di tanah air diselenggarakan dengan paradigm dan konteks yang holistic. Khususnya dlm lingkungan Islam, pendidikan di selenggarakan dalam upaya pengembangan diri manusia secara utuh baik lahir maupun bathin.Di lingkungan kaum muslimin, dengan pesantren sbagai lembaga pendidikannya yng khas, diciptakan kondisi saling mendukung antar mata pelajaran yang satu dengan lain, dan antara jam belajar dengan luar jam belajar.
- Kondisi tentang krisis multi dimensi yang di singgung di atas merupakan tantangan, sekaligus peluang bagi kita.Bahwa pertumbuhan teknologi dan ekonomi memerlukan pribadi yang kreatif dan peka terhadap kondisi mutakhir,mampu melakukan inovasi, menata ulang konsep tentang kebudayaan dan dengan kritis menyoroti eksperimen pada berbagai bidang kehidupan. Terhadap lingkungan pendidikan (termasuk informal dan non informal seperti short course ini), perlu pula di lakukan penataan ulang. Penataan ulang itu, secara garis besar dapat meliputi aspek.
- Filosofis dan Kurikulum
Pengembangan visi misi selain untuk menjawab kebutuhan kemanusiaan yang permanen dan universal, juga secara strategis difokuskan menjawab dan mengantisipasi krisis multi dimensi di tanah air. Islam rahmatan lilalamin, perlu diperincikan secara lebih nyata dan kontekstual, yang secara kreatif dipraktekkan dan kembangkan dalam relasi terhadap siapa pun.
- Administrasi manajemen
Tantangannya adalah bahwa penyelenggaraan sekolah menjadi suatu pekerjaan jauh lebih kompleks yang melibatkan jauh lebih banyak pengetahuan dan ketrampilan dibandingkan dengan masa sebelumnya.
Gagasan ini, selain membawa implikasi pada aspek kurikulum, tentu saja membawa dampak pada sistem dan proses administrasi.Perlu penyempurnaan konsep manajemen yang menyeluruh.
Dua aspek di atas,di lingkungan Pondok Pesantren al-Ittifaqiah indralaya (PPI), dikembangkan dalam kerangka statute:
- Tujuan Umum; Mencetak kader ulama intelaktual dan intelaktual ulama yang bertanggung jawab bagi syiar islam, pembangunan bangsa, negara dan semesta serta penyejahteraan umat lahir batin dunia akhirat.
- Tujuan Khusus; Menyiapkan santri menjadi insan kamil yang beriman dan bertakwa kokoh, berakhak karimah, berilmu pengetahuan dan berwawasan luas, berketrampilan tinggi dan berjiwa mandiri yang siap menjadi pembimbing dan pimpinan umat serta penebar rahmat bagi semesta alam.
- Visi
Mewujudkan PPI sebagai pusat pendidikan islam yang unggul, pusat dakwah islam yang unggul, pusat pengembangan masyarakat yang unggul dan pusat penebaran rahmat yang unggul.
- Misi
RAHMATAN LIL ALAMIN:
- Menjadikan PPI sebagai pusat penyelenggaraan pembinaan al Quran dan al Sunnah untuk menghidupkan ruh dan nilai al Qur’an dan al Sunnah di tengah-tengah kehidupan umat dan semesta menuju hasanah fid dunya dan hasanah fil akhirah.
- Menjadikan PPI sebagai pusat penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran Islam (taffaquh fiddin) untuk membentuk insan kamil yang beriman dan bertakwa kokoh, berakhlak karimah, berilmu pengetahuan dan berwawasan luas, berktrampilan tinggi dan berjiwa mandiri yang siap menjadi pembimbing dan pemimpin umat serta penebaran rahmat untuk dirinya, daerahnya,bangsanya, Negara dan semesta.
- Menjadikan PPI sebagai pusat penyelenggaraan Dakwah Islam untuk membentuk khairu ummah dalam rangka menegakkan amar makruf nahi munkar, menghalalkan yang baik,mengharamkan yang buruk, melepaskan dan memberdayakan umat dari beban dan belenggu kebodohan, kemiskinan, ketertindasan dan keterbelakangan, mengawal akidah dan moral umat dan menjadi benteng pertahanan Islam dan umat.
- Menjadikan PPI sebagai Pusat Pembaruan, Perubahan, Pemberdayaan, Pengembangan dan Pembangunan Masyarakat dalam rangka terwujudnya ketahanan nasional dan terciptanya bangsa negara madani
- Menjadikan PPI sebagai Pusat Perjuangan Kemanusiaan Universal, Kerukunan & Perdamaian Dunia, dan Pengembangan IPTEK & Budaya Semesta.
- Strategi
- Perwujudan SDM yang bermutu dan unggul.
- Pengelolaan organisasi, administrasi dan manajemen yang modern.
- Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran yang unggul dan pengembangan program pendidikan.
- Pelaksanaan Dakwah Islamiah yang luas.
- Penggalian sumber dana yang banyak dan besar .
- Peningkatan kesejahteraan keluarga besar PPI.
- Pengembangan kampus dan penambahan bangunan fisik.
- Perkaderan yang berkesinambungan.
- Penguatan dan perluasan jaringan , komunikasi, informasi dan kerjasama baik dalam maupun luar negeri.
- Peningkatan pelayanan, pemperdayaan dan pengabdian terhadap umat.
- Pelaksanaan penelitian, dialog, kerjasama, pertukaran dan pengabdian untuk kemanusiaan yang Universal, kerukunan dan perdamaian dunia dan pengembangan IPTEK & budaya semesta
PPI, sebagai lembaga pendidikan sebagai mana terlihat dalam visi-misinya, merupakan lembaga yang mengintegrasikan antara kepentingan spiritual, material dan relasi universal. Secara historis,sejak masa awal berdirinya lembaga ini memang menjadikan aspek keagamaan dan kemanusiaan sebagai kerangka kerja yang utama. Oleh karena itu,meski di lingkungan ini dipelajari berbagai spesialisasi keilmuan, tetapi tetap memandang disiplin ilmu sebagai bagian keutuhan dari kemanusiaan yang holistik. Ada keseimbangan antara kepentingan spiritual dan material, indipidual dan sosial, local dan universal.
Nilai-nilai ini tentu masih istiqamah dipertahankan oleh seluruh alumni PPI perlu dan niscaya memperkuat diri secara istiqomah pula dalam wadah ikatan alamni (IKAPPPI) sebagai wadahshow, tanashuh dan tazakur dalam melaksanakan misi keseimbangan itu. Keseimbangan ini merupakan modal penting untuk menjadi landasan dalam setiap sistem manajemen. Ini pula yang menjadi modal utama kita dalam menghadapi tantangan, menemukan dan menciptakan peluang serta menyongsong prospek/ masa depan. Bukan saja bagi keluarga besar PPI (termasuk alumni)tapi juga bagi tanah air, serta peradaban,dan kemanusiaan secara lebih universal (rahmatan lil alamin).
_____________________________________
REFERENSI
- Bakar,Osman,2008.Tauhid dan Sains: Perspektif Islam tentang Agama dan Sains,(a.b.: Yuliani Liputo dan MS Nasrullah) Jakarta: Pustaka Hidayah.
- Dhofier, Zamakhsyary,1997. Tradisi Pesantren, Jakarta: LP3ES.
- Mogahed, Dahlia dan john L Esposito,2008.Saatnya Muslim Bicara, (a.b.:Eva y Nukman), Bndung: Mizan.
- Muljana, Prof. Dr. Slamet,2007 (A).Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit, Yogyakarta: LKiS. ,2008. Sriwijaya, Yogyakarta: LKiS.
- Kartodirdjo, Sartono, 1987. Kebudayaan Pembangunan dalam Perspektif Sejarah, Yokyakarta: Gadjah Mada University Press,
- Ricklesifs, MC., 2005. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, Jakarta:Serambi.
- Steenbrink, Karl, 2008. Pesantren, Madrasa, dan Sekolah, Jakarta:LP3ES.
- Sujatmoko,1982. Dimensi Manusia dalam Pembangunan, Jakarta:LP3ES,1984. Pembangunan dan Kebebasan , Jakarta:LP3ES
- Wijisaksono, 1995. Mengislamkan Tanah jawa, (ed.: Saudi Berlian), Bandung: Mizan
- Yatim, Dr. Badri, MA., Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT.Radja Grafindo Persada.