
Pengantar
Pondok Pesantren Al-Ittifaqiah di Indralaya, Sumatera Selatan, yang didirikan oleh KH. Ahmad Qori Nuri pada 10 Juli 1967, yang kini dipimpin oleh KH. Mudrik Qori, MA, telah mengembangkan model pendidikan pesantren yang unik dengan mengintegrasikan nilai-nilai keislaman, entrepreneurship, dan teknologi digital. Tulisan ini mencoba mengkaji bagaimana pesantren ini berhasil menciptakan ekosistem wirausaha yang terintegrasi dalam kurikulum pendidikan, menghasilkan santri yang tidak hanya menjadi hafidz yang menguasai ilmu agama, tetapi juga memiliki kompetensi entrepreneurship yang tangguh. Melalui pendekatan experiential learning dan pengembangan unit-unit usaha yang dikelola secara profesional, Al-Ittifaqiah menjadi prototype pesantren entrepreneurship yang relevan dengan kebutuhan era digital.
Pondok Pesantren Al-Ittifaqiah Indralaya sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di Ogan Ilir, Sumatera Selatan ini terus beradaptasi dengan tantangan zaman. Di era ekonomi digital dan revolusi industri 4.0, pesantren dituntut tidak hanya mencetak generasi yang religius, tetapi juga mandiri secara ekonomi. Pondok Pesantren Al-Ittifaqiah Indralaya muncul sebagai pionir dalam mengintegrasikan nilai-nilai entrepreneurship dalam sistem pendidikannya, menciptakan model “pesantren entrepreneurship” yang inovatif dan sustainable.
Sejarah dan Visi Entrepreneurship
Didirikan oleh KH. Ahmad Nuri pada 1967 dan kini dipimpin oleh KH. Mudrik Qori Indra, MA, Al-Ittifaqiah memulai perjalanannya dengan visi membentuk santri Hafidz yang mandiri secara ekonomi. Awalnya, pesantren ini mengembangkan usaha pertanian dan peternakan serta perkebunan sederhana, yang kemudian berkembang menjadi berbagai unit usaha modern. Visi ini lahir dari kesadaran bahwa kemandirian ekonomi merupakan prasyarat penting untuk menjaga independensi dan sustainability pesantren.
Model Pendidikan Entrepreneurship Terintegrasi
- Kurikulum Berbasis Entrepreneurship
Al-Ittifaqiah Indralaya, mengembangkan kurikulum yang mengintegrasikan pendidikan agama dengan kompetensi kewirausahaan. Setiap santri tidak hanya belajar kitab kuning dan tahfidz al-Qur’an, tetapi juga mendapatkan:
- Mata pelajaran kewirausahaan syariah
- Pelatihan manajemen bisnis modern
- Pembinaan mental entrepreneurship
- Praktek langsung mengelola unit usaha
- Learning by Doing Approach
Pesantren menerapkan metode pembelajaran experiential learning dimana santri terlibat langsung dalam mengelola berbagai unit usaha pesantren. Mulai dari sektor agribisnis, teknologi, hingga jasa, santri mendapatkan pengalaman nyata dalam berwirausaha.
Unit Usaha dan Ekosistem Entrepreneurship
- Agribisnis Modern
Pesantren mengembangkan berbagai unit usaha agribisnis yang dikelola secara profesional:
- Pertanian organik dengan teknologi modern dan perkebunan Kelapa Sawit dan Karet.
- Peternakan ayam dan kambing skala industri
- Pengolahan hasil pertanian dan peternakan
- Pemasaran produk melalui channel digital
- Digital Entrepreneurship
Merespons era digital, pesantren mengembangkan:
- E-commerce untuk produk pesantren
- Digital marketing agency
- Konten kreator dan media online
- Software development house
- Jasa dan Industri Kreatif
Berbagai unit jasa dan industri kreatif dikembangkan:
- Percetakan dan penerbitan
- Catering dan wedding organizer
- Tour and travel syariah
- Fashion muslim dan busana syariah
- Pabrik air minum
- Pabrik Roti.
- Radio dll.

Dampak dan Keberhasilan.
- Kemandirian Ekonomi Pesantren
Melalui pengembangan berbagai unit usaha, Al-Ittifaqiah berhasil mencapai kemandirian finansial yang signifikan. Hasil dari unit usaha digunakan untuk:
- Membiayai operasional pesantren
- Mengembangkan sarana dan prasarana
- Memberikan beasiswa untuk santri tidak mampu
- Ekspansi dan pengembangan usaha baru
- Cetakan Entrepreneur Muslim
Pesantren telah menghasilkan lulusan yang tidak hanya menjadi hafidz dan dai, tetapi juga entrepreneur sukses. Banyak alumni yang:
- Membuka usaha mandiri di berbagai sektor
- Mengembangkan franchise usaha pesantren
- Menjadi konsultan bisnis syariah
- Menciptakan lapangan kerja di masyarakat
- Kontribusi Sosial Ekonomi
Keberhasilan entrepreneurship pesantren memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar:
- Penyerapan tenaga kerja lokal
- Pemberdayaan ekonomi masyarakat
- Transfer knowledge dan teknologi
- Pengembangan UMKM binaan
Tantangan dan Strategi Ke depan.
- Tantangan yang Dihadapi
- Kompetisi dengan pelaku bisnis profesional
- Kebutuhan modal untuk ekspansi
- Regulasi dan perizinan usaha
- Maintenance kualitas sumber daya manusia
- Strategi Pengembangan
- Digitalisasi seluruh unit usaha
- Kemitraan strategis dengan perusahaan
- Pengembangan franchise model
- International expansion dan export
Penutup
Pondok Pesantren Al-Ittifaqiah Indralaya, telah membuktikan bahwa integrasi nilai-nilai pesantren dengan entrepreneurship modern dapat menciptakan model pendidikan yang sustainable dan relevan. Melalui pendekatan “learning by doing” dan pengembangan ekosistem usaha yang terintegrasi, pesantren ini tidak hanya mencetak Santri entrepreneur muslim yang sukses, tetapi juga berkontribusi signifikan terhadap pengembangan ekonomi umat. Model Al-Ittifaqiah Indralaya Ilir, layak menjadi referensi bagi pesantren-pesantren lain dalam mengembangkan pendidikan entrepreneurship yang berbasis nilai-nilai Islam.
Semoga tulisan ini bermanfaat buat kita semua(odie).
Pamulang, 28 Oktober 2025.
