Sumpah Pemuda Tutup Lebah Show

Cuaca yang sedikit gelap tidak menjadi masalah bagi santri dan para peserta yang hadir dalam penutupan lebah show hari ini, Minggu (28/10).

Acara yang diselenggarakan langsung di halaman Kampus pusat Pondok Pesantren Al-Ittifaqiah, yang dihadiri Oleh Drs. K.H. Mudrik Qori M.A selaku Mudir dan didampingi oleh wakil Mudir Il H. Joni Rusli S.Pd.i, kepala lembaga, ustad maupun ustadzah.

Sebelum ditutup secara resmi oleh Drs. Mudir, Ketua Panitia Pelaksana Ella Andriyani, menyampaikan bahwa Lebah Show ini adalah ajang dimana para santri menguji keahliannya dalam berbahasa Arab dan Inggris yang dikemas dalam beberapa macam perlombaan.

“Bahasa itu perlu, di Arafah saja banyak yg ingin belajar bahasa Arab, bahasa juga satu hal yang sangat penting untuk dikuasai, oleh karena itu jadikanlah Lebah Show ini sebagai wahana belajar dan barometer kompetensi diri, inilah Moment persaingan yang mendidik untuk kalian para anak-anakku” lantang Mudir dalam Sambutannya

Merdeka! Kalimat itu begitu sakral di saat masa perjuangan Indonesia untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Kemerdekaan kemudian didapat pada 17 Agustus 1945, yang tentunya tak bisa lepas dari pengaruh dan kerja keras para pemuda.

Pemuda memang memiliki peran penting dalam sejarah Republik Indonesia. Berkat desakan pemuda yang “menculik” Soekarno dan Mohammad Hatta ke Rengasdengklok, Jawa Barat, Indonesia kemudian memproklamasikan kemerdekaannya.

Meski begitu, peran pemuda dalam mengupayakan kemerdekaan jauh telah dilakukan sebelum 1945. Tujuh tahun setelah berdirinya Budi Oetomo pada 1908 misalnya, para pemuda mulai bangkit meskipun masih dalam suasana kesukuan.

Bangkitnya pemuda didasari seorang bernama Satiman yang memiliki semangat berkobar yang menjadi motor penggerak bagi pergerakan pemuda. Tri Koro Darmo menjadi wadah awal dari perhimpunan pemuda.

Kelak, para pemuda menyatukan tekadnya demi Indonesia dalam sebuah momentum yang dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.