Karya : Refa Azzahra

Kelas : X.J

Alamat : Desa Pengabuan Kec. Abab Kab. Pali

Putri pertama dari pasangan bapak Joni Arianto dan ibu Leni Marlina

 

______________

Namaku Nadia oktarina, saat ini umurku 16 tahun. Saat ini aku sedang sibuk dengan sekolahku di SMA PATRA MANDIRI. Aku terlahir dari keluarga yang cukup berada. Tapi itu semua tidak bisa menutupi rasa sepiku. Iya begitulah, orang tuaku lebih sibuk dengan kertas-kertas putih milyaran rupiah yang seolang-olah lebih dia cintai dibandingkan aku.

Hari libur, benar-benar terasa membosankan. Aku lebih memilih dirumah yang seperti kuburan ini. Sepi, bahkan mungkin kuburan lebih terlihat lebih baik dibandingkan suasana disini. Kuambil buku berjudul “hijabku”. Buku ini merupakan hadiah ulangtahun dari papa tahun lalu. Dan buku ini sekaligus mengingatkan aku bahwa wanita itu memiliki kewajiban untuk memakai selembar kain yang sangat sulit untuk menyempurnakannnya. Meski sudah berjalan setengah tahun dari ulang tahunku, tapi buku ini belum selesai – selesai kubaca.

“hmm suara mobil, siapa yang datang sepagi ini ??” hatiku bertanya

“hey nad“sapa mama

“mama ..? kenapa pulang?” tanya nadia heran

“ ada berkas maama yang ketinggalan nad. Kamu udah makan?” ujar mama

“udah ma. “ jawab nadia

“baguslah, tolong besarin volume Acnya dong sayang. Hari ini panas banget ya.” Pinta mama pada nadia.

“ini masih pagi lagi ma, lagi pula kalo mama ngidupin AC terus itukan bakal buat udara diluar diserap dan ngebuat bumi makin terasa panas” nasehat nadia.

“ hahaha.. pinter anak mama. Tapi kalo Cuma mama yang sadar. Dan oranglain masih tetap ngelakuin yang kaya gini jadinya kan percuma. Buat apa juga ngelakuin hal yang udah terlanjur rusak. Cukup para peneliti aja yang pusing untuk itu.” Ucap mama sambil mencubit pipiku

“sakit maa “ucapku cemberut

“ya udah, mama pergi lagi yah sayang, love you” jawab mama sambil pergi meninggalkan nadia sendiri.

Aku hanya dapat tersenyum masam melihat langkah kaki mama yang sudah mulai tak terlihat lagi. Huhh kenapa kepalaku jadi sepusingini. Aku berjlan kearah kamar papa dan mama, dan akhirnya aku terlelap dengan deraiana air mata. Entah apa alasannya.

“ aww..” ucap mama tersandung salah satu anak tangga.

“kamu ma , baru pulang?” tanya papa

“iya pa, tadi banyak yang belum beres, makanya mama jadi lembur” mama lirih
“ohh gitu, tapi haruskah selarut ini. ma nadia sudah makan” tanya papa

“hhmm pasti sudah pa, lagi pula kan ada bik inah yang sudah pasti nyiapin seluruh kebutuhan nadia” jawab mama.

“ma , she is still little girl. Harusnya di umurnya yang sekarang mama selalu negndampingi dia. Papa nggak mau dia jadi ABG labil” ujar papa marah pada mama.

“papa kok jadi nyalahin mama sih. Harusnya papa juga pengertian dong.” Jawab mama.

Papa dan mama tak henti saling menyalahkan. Hingga nadia terbangun dari tidurnya

“Suara apa itu, ribut sekali. “kata nadia keluar dari balik pintu.

“ehh nadia” ucap papa

“yang salah bukan keadaan tapi yang salah adalah papa dan mama yang main-main sama keadaan” kata nadia .

“nadia ..”ucap mama

Papa melangkah mendekatiku, dan memelukku

“maaf ya sayang, papa janji pasti berubah” kata papa dan mama berjanji.

Malam ini terlihat lebih indah dibanding sebelumnya. Mama tidur dikamarku.

“ma, nadia punya satu permintaan yang harus mama penuhin sekarang, dan nggak ada penolakn untuk itu” ujar nadia.

“hmm, apa itu sayang ?” tanya mama

“tell me a special story” kata nadia

“tumben ? hmm oke “ kata mama tertawa.

“must special story, i’m afraid tomorrow i can’t listen and feel like this again mom”pinta nadia manja.

‘haha, kamu aneh banget sih sayang.but, Idon’t have story, honey” jawab mama senyum.

Nadia tak menjawab, matanyapun perlahan-lahan merapat meninggalakan cahaya lampu yang kalah untuk mengusik lelah yang tidak bisa dikatakan kantuk itu.

“kamu ngantuk banget ya sayamg”

Mama membelai rambut nadia, tapi mama melihat ada yang aneh. nadia seperti tidak bernapas. Mama menggoncang tubuh nadia.

“nadia.. heyy,, kamu kenapa? Badan kamu dingin banget loh nak, tadi kamu nggak makan ya ? nad.. nadiaaa..” kata mama sambil memegang kepala nadia.

Mama berlari keruang tamu dimana papa sedang menonton acara football kesayangannya

“pa, ada yang aneh dari nadia. Badannya dingin, kayak nggak bernapas, mama bangunin tapi nggak bangun-bangun pa.”ucap mama panik

“ya udah, papa telpon dokter ma” kata papa.

Sepuluh menit kemudian datanglah dokter khusus keluarga nadia ke rumah besar nan megah itu. Setelah agak lama menangani nadia dokter pun keluar dengan wajah yang pucat..

“gimana dok?” tanya papa dan mama nadia pada dokter.

“hmm maaf pak, nadia sudah tidak dapat diselamtkan lagi” ujar dokter menyesal

“hahh ? dok, jangan main-main. nadia nggak punya penyakit apa-apa dok” tanya mama nadia terkejut.

“memangnya nadia tidak pernah bercerita pada bapak dan ibu tentang check up di tiga bulan yang lalu ?” kata dokter lirih

“ apa itu dokter,” tanya papa nadia.

“ 3 bulan yang lalu nadia main ke klinik saya. Dan dia bercerita tentang hal-hal aneh yang ia alami beberapa bulan terakhir. Dan setelah saya ronsen bahkan lebih dari tiga kali untuk meyakinkan ini, ternyata nadia punya penyakit kanker darah. Dan itu sudah stadium akhir. Hanya saja saat saya katakan ini dapat disembuhkan, ia hanya tersenyum,. Dan mengatakan ini sudah terlambat. Saya pikir dia sudah mengatakan ini kepada bapak.” Ujar dokter

“ tidak, tidaaaaakkk, tidakk mungkinnn” teriak mama

Sebulan berlalu dari kisah yang benar- benar menyayat hati ini. Dan dalam sebulan ini juga mama memenemukan sebuah buku kecil yang menyuratkan kesedihan yang amat mendalam untuk nadia. Salah satu tulisan yang benar- benar membuat mama memangis pilu.

Assalammualaikum..

Allah , aku tak pernah sebahagia apa yang mereka pikir.

Tapi aku mencoba untuk mensyukuri keadaan ini.

Bukan keadaan yang salah, ataupun jalan yang salah

Hanya hati yang tak dapat bertahan

Ya Allah aku mencintai mereka karenamu

Meski mereka seolah tak perduli tentang cintaku

Tapi aku akan bertahan untuk cintamu

Ya Allah, mungkin akan berakhir lebih cepat dari yang ku kira

Tapi cintamu tak kan meruntuhkan segalanya

Jaga mereka, untuk ku ya Rahim

Meski cintaku tak sesempurna cintamu terhadap hambamu