By : Dian Ambrina K. S

Tanah Abang, 25 Juni 1999

Kelas : X. I (Asrama II Fatimah Azzahra)

Tanah Abang Utara Kabupaten Pali Sumatera Selatan

____________

Terang sinar rembulan mengalahkan semua cahaya bola lampu pemukiman di sini. Aku terduduk di kursi tamu dengan jemari ku yang sibuk bermain di keypart handpone berwarna merah sampai sampai lupa waktu. Sekarang hanya tinggal aku yang berada di ruang tamu dan nenek ku yang sedang menonton televisi. Semua orang kecuali aku dan nenek sudah tidur keasikan pun terganggu ketika nenek memanggil. “Mi… mi.. ibu mu memanggil”. Sambil menuju kamar bersiap-siap untuk tidur. Dengan sedikit kesal aku pun turun. Aku pun terkejut ketika ibuku sudah ada di dekat tangga yang posisi badannya tak tegap. “Mi.. tolong ibu”.

“ibu apa yang terjadi ?”tanpa banyak bertanya aku langsung menolong ibu bahkan memopongnya ke kamar mandi. Sampainya di kamar mandi ibu langsung muntah-muntah. Aku bingung setengah mati bingung tak tau mau berbuat apa. Setelah pukul 23. 30 WIB kurang lebih satu jam berdua dengan beliau aku memutuskan untuk membangunkan kakak-kakak ku yang sedang tidur, dengan cara menelpon mereka berkali-kali. Setelah setengah jam membangunkan mereka akhirnya mereka terbangun dan langsung melangkah menuju kamar mandi. “Apa yang terjadi pada ibu?”. Kami semua tak tau, mau berbuat apa. Salah satu dari kami ditugaskan untuk memberi informasi serta menjemput bapak yang sedang di toko. Kak Dimas langsung mengeluarkan motor dan mengendarai dengan secepat kilat.

Sekitar lima belas menit bapak ku telah datang dan melihat keadaan ibu yang telah kami bawa ke kamarnya. Raut wajah sang bunda makin memucat, raganya mencucurkan deraian keringat dingin. Jam dinding yang bulat berwarna biru itu pun menunjukkan pukul 00. 25 WIB. Tak kan mungkin atau klinik masih meronda. Di sini hanya ada aku, bapak serta ibu yang sedang berbaring lemah tak berdaya. Aku dan bapak hanya bisa memijat tubuhnya yang mulai melemah. Aku hanya dapat tertunduk lesu tak dapat berkata-kata lagi, begitupun bapak tak dapat berkutik hanya dapat melirik sang bunda penuh duka. Kakak dan mbak ku berada diluar kamar sambil menghubungi keluarga yang lainya serta membuat segelas kopi untuk bapak serta air hangat untuk ibu.

Sesaat ibuku memejamkan matanya, tapi tak beberapa lama terbangun lagi. setiap kali beliau bangun tubuhnya bagaikan tertusuk jarum yang begitu runcing. Aku keluar sebentar untuk mengambil air hangat, setelah itu masuk lagi dan keluar lagi dalam waktu jngka yang lama. “Ya Alloh, aku tak sanggup melihat sosok wanita yang begitu sangat kami cintai dan sayangi terbaring lemah, tak berdaya”. Bapak tiba-tiba memenggil kak Dimas “Dim… cepat kesini!”Ka Dimas pun yang tadinya berada di depan pintu kamar segera masuk. “Kenapa pak?. Cepat kamu ketempat bidan Yuni dan jemput kesini sekarang juga, karna bapak sudah meneleponnya tadi ternyata dia masih bertugas. “Kak Dimas dengan segera menjemput bidan yuli yang sedikit jauh rumahnya. Akupun masuk lagi untuk melihat kondisi beliau yang ternyata kian memburuk. Tubuhnya menggigil, wajahnya sengat pucat, bibirnya kering bagaikan dipadang pasir. aku dan bapak semakin panik ”Bu… bertahan bu! Sebentar lagi bidan datang, “ucap bapak yang sangat gelisah. Aku hanya bisa menangis dan menangis apalagi ketika ibu mengucapkan sepatah dua patah kata untuk kami yang ada di kamar itu. “Aku tak kuat lagi, biarlah Alloh mengajakku pulang karna ini terlalu sakit. Mendengar ucapan itu sang bunda yang sangat lemah itu, aku hanya bisa menangis dan berdoa kepada sang raja diatas raj. “ya Alloh tolong jangan ajak dia pulang pulang bersamamu, kami belum mampu bahkan tak terbiasa dan tidak bisa jauh dari kasih sayangnya yang begitu besar dan mengalir seperti sungai untuk kami.

Tak berapa lama bidan pun datang dan langsung mengecek keadan beliau. “Ya Alloh, Bi apa yang telah terjadi padamu?. “Sambil mengecek beliau ibu pun disuntik tetapi alhamdulillah tidak diimpus. Ibuku sudah tenang, sekarang tidak lagi pucat dan mengalirkan keringat dingin yang membasahi tubuhnya. Bidan Yuli memberikan obat-obat, setelah itu permisi untuk pulang. “Mang aku mau pulang dulu, kalo bibi belum baikan bawa langsung kerumah sakit saja”.

“Makasih ya sydah mau datang kesini dengan waktu yang gelap ini”. Bidan Yuli pun diantar dengan kak Dimas. Jam menunjukkan pukul 02.00 WIB. Rembulan kian mencondongkan dirinya. Rasa kantuk mulai menghampiri tubuh yang letih dan kalaparan, tapi semua itu akan terbalas atas semua kesembuhan ibuku. “Mi, tidurlah besok sekolah kan?”. Iya pak. “Sambil menuju kamarku yang diatas. “Mi, tidur di dekat ibumu saja. “Bapak dimana?. “Dikamar satunya. “Semua orang sudah menuju kamarnya masing-masing. Aku tidur dibawah, tepatnya beralaskan tikar. Sungguh banyak hewan yang menghisap darah yang membuat tubuh ini penuh dengan bentol. tapi semua itu tak berlangsung lama , karna tiba-tiba ibuku bangun serta berkata”mi…. pindah ke atas ranjang saja, di bawah dingin, banyak nyamuk nanti kamu sakit”. Aku pun tidur dekat ibuku serta memeluknya karna aku belum sanggup di pisahkan dari beliau.

Malam pun berganti pagi dengan suasana hati yang sedih. suara seseorang membangunkan aku dari lelapnya tidurku dengan nada lembut “mi…. bangun nak sudah pagi ini, kamukan mau sekolah “akupun terbangun dan langsung mandi serta berpakaian seragam dengan rapi dan langsung menuju kesekolah yang jauh.

Aku lupa bahwa hari ini ada ulangan, belum ada persiapan apapun untuk menghadapi lawan yang tidak besar tetapi perlu taktik dan trik-trik yang sempurna. aku membaca buku sambil menunggu pak sakdan datang. ternyata sekian lama menunggu pak sakdan tak kunjung datang. bel pun berbunyi pelajaran bahasa indonesia pun berakhir dan tak terasa waktu pun telah berlalu dengan cepat. maka sekolah pun berakhir dengan dentingan suara lonceng yang sudah tua. semua siswa berceceran keluar kelas termasuk aku. Semua siswa sudah pulang dengan menggunakan beraneka ragam tranportasi ada yang bermotor, bus, jalan kaki dan ada yang masih menunggu jemputan keluarga mereka di pintu gerbang. aku melakukan aktivitas menunggu jika aku tidak membawa kendaraan dan teman-temanku tak mengajak aku. sekitar 15menit menunggu ternyata aku di jemput mbak Desi. akupun pulang dengan perut lapar, dahaga yang mengeringkan tenggorokan serta kelelahan yang menyelimuti diriku.

Sekitar setengah jam aku sudah sampai di rumah dan langsung masuk. “assalamu’alaikum, “menyelonong masuk rumah. “wa’alaikumsalam, “sudah pulang cepat ganti baju dan makan siang. “aku pun bergegas dan mengganti pakaian ku. Mencuci tangan sebelum makan, mengambil piring serta duduk manis di kursi. Aku makan dengan lahap di lengkapi rasa bahagia karena ibuku sudah sehat dan melakukan kegiatan walaupun tak seefisien seperti biasanya serta senyumannya menyemangati ragaku yang tak berdaya saat ini. Terima kasih ya allah, telah mengirimkan wanita yang sehebat ini. Aku akan berjanji dan akan berusaha menjadi yang terbaik untuknya. Jadikan beliau sebagai penerang serta petunjuk hidup ku ini.

WE LOVE YOU MOM……… YOU ARE MY EVERYTHING