H. Agus Jaya, Lc. M.Hum

Ustadz PP. Al Ittifaqiah dan Dosen STITQI Indralaya Ogan Ilir Sumatera Selatan

 

Ada perasaan harap dan gembira yang melekat dalam benak kita, senang dan suka cita yang merasuk ke dalam dada, lega dan bahagia yang menyusup dalam jiwa, karena setelah selesainya bulan Ramadhan ini, insya Allah kita dikembalikan kepada jati diri yang bersih tanpa noda, nista dan dosa sama seperti saat kita baru dilahirkan dari rahim ibu kita dulu, menjadi suci kembali.

Namun pada sisi lain, kita sangat merasa kehilangan, tiada perpisahan yang lebih mengharukan dari pada perpisahan dengan Ramadhan. sedih karena dengan berlalunya bulan Ramadhan berarti kita akan kembali kepada kehidupan yang biasa, dan kita tidak mengetahui apakah kita akan bersua kembali dengan bulan Ramadhan nan mulia pada tahun mendatang.

Kemuliaan bulan Ramadhan ditandai dengan keutamaan dan keistimewaan yang menjadi sarana pendidikan dan pembinaan yang luhur dan komprehensif, baik ruhiyah (spiritual), jasadiyah (jasmani), ijtima’iyah (sosial), khuluqiyah (akhlaq) dan hadloriyah (peradaban) serta jihadiyah pada diri umat Islam.

Ibarat sebuah lembaga pendidikan, maka Ramadhan adalah sekolah gratis berkualitas internasional. Didalam lembaga ini para siswa digembleng, dididik dan dibina dengan sangat ketat, sehingga kelak setelah lulus dari lembaga tersebut menjadi alumni yang berprestasi dan unggul serta berdaya guna dan berdaya saing tinggi. Para siswa di didik dengan materi yang baik, ditempa dengan pembinaan yang maksimal dan kurikulum yang jelas, visioner dan berorientasi kepada kebahagiaan dunia dan akhirat (sa’adatun fi ad-dunya wa al-akhirah). Sehingga melalui lembaga pendidikan ini akan lahir pribadi muslim intelektual dan intelektual muslim, menyandingkan secara harmonis antara iman dan taqwa (imtaq) dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).

Adapun diantara inti kurikulum lembaga pendidikan gratis dan berkuliatas yang bernama Ramadhan ini adalah:

Pertama, pembinaan mental spiritual (ruhiyah), melalui bidang studi puasa diharapkan tercapainya pembersihan jiwa (tazkiyatunnafs) yang standar kompetensi dasarnya adalah tidak makan dan minum, mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, bersikap jujur, berkata baik, menjauhi ucapan yang kotor dan keji, dan menghindari sifat iri dan dengki.

Kedua, pembinaan jasmani, untuk mengikuti bidang studi puasa ini tidak hanya membutuhkan pengendalian hawa nafsu tapi juga membutuhkan kekuatan fisik. Karenanya, bidang studi ini menjadi terapi ideal bagi sebagian penderita penyakit kejiwaan dan maag. Hal ini logis terjadi, karena dengan puasa akan membersihkan usus-usus, memperbaiki kerja pencernaan, membersihkan tubuh dari sisa-sisa endapan makanan dan mengurangi kegemukan serta menenangkan kejiwaan atas problema yang dihadapi.

                Ketiga, pembentukan kepeduliaan sosial. Puasa merupakan pendidikan Allah swt terhadap hamba-hambanya agar mereka merasakan lapar dan dahaga sehingga lahir kepedulian sosial, kasih sayang terhadap masyarakat yang tidak mampu. Orang-orang yang mampu dan kaya hendaklah merasakan lapar dan dahaga ini seperti yang telah di derita oleh orang-orang fakir dan miskin bukan hanya pada hari ini, tetapi telah bertahun-tahun lamanya. Lembaga pendidikan ini (ramadhan) telah memposisikan semua siswanya sama, sehingga sudah semestinya menjadi sarana untuk memupuk persaudaraan, dan membangun bangunan Islam yang lebih kokoh. Rasulullah saw bersabda: ”orang mukmin dengan mukmin lainnya bagaikan satu bangunan yang saling mengokohkan. … (al-hadits). Allah swt berfirman: ”Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni’mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni’mat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS: Ali Imron: 103).

                Keempat, pembinaan akhlak,salah satu kurikulum penting dari lembaga pendidikan mulia ini adalah pembinaan akhlakmenuju akhlak yang mulia. Puasa membina kesabaran, kejujuran dan ketegaran terhadap segala ujian dan cobaan. Allah swt berfirman: ”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS: al-Ankabut 2-3). Rasulullah saw menegaskan pembinaan akhlak ini dalam puasa, Beliau bersabda:“Apabila seorang dari kamu sekalian berpuasa, maka janganlah ia berkata kotor dan berteriak. Bila dicela orang lain atau dimusuhi, maka katakanlah: “Aku ini sungguh sedang puasa”. Pada hadits lain Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang tidak mampu meninggalkan perkataan dusta, dan melakukan perbuatan dusta, maka Allah tidak membutuhkan lapar dan dahaga mereka” (HR Bukhari).

                Kelima, Pembinaan semangat juang.Sungguh sejarah telah mencatat bahwa kejadian-kejadian besar yang menjadi motivator lahirnya semangat juang patriotisme, pengabdian dan kepahlawanan telah terjadi dalam bulan Ramadhan, diantaranya Turunnya al-Qur’an yang menjadi gerbang ilmu pengetahuan (QS: al-Alaq: 1), Kemenangan pada perang Badar (QS: Ali Imran: 123), dan Fath Makkah (QS: al-Fath: 1) yang mendobrak kedzoliman menuju keadilan, dan lailatul Qadr (QS: al-Qadr: 1) yang menegaskan persamaan hak dalam ibadah tanpa memandang jabatan, status sosial, warna kulit dan suku bangsa. Puasa tidak boleh dijadikan alasan untuk bermalas-malasan atau tidur-tiduran sehingga menjadikan semangat kendor dan berkurang justru sebaliknya puasa harus menjadi motivasi untuk berbuat yang lebih karena pahala orang yang melakukan kebaikan saat puasa Ramadhan akan berliupat ganda.

Keenam, pembinaan kedisiplinan. Puasa menjadi wahana peradaban yang dapat memajukan kehidupan manusia. Puasa mendidik manusia untuk bersikap disiplin dengan waktu, tidak datang kemudian dan pulang duluan sebagaimana diajarkan dalam sahur dan berbuka, tidak telat dalam sahur dan tidak lebih dahulu dalam berbuka.

Ketujuh, pembinaan kejujuran, sungguh lembaga pendidikan Ramadhan tiada bandingnya, setiap siswa di latih kejujuran, dengan sarana kemandirian. Tak seorangpun jasus (dalam istilah pesantren: mata-mata) yang ditugaskan untuk memata-matai siswanya apakah tetap berpuasa atau telah batal. Semuanya kembali kepada kejujuran individu masing-masing. Dilihat ataupun tidak oleh orang, sang siswa tetap mempertahankankan puasanya.

Kini, lembaga pendidikan mulia, gratis dan sangat berkualitas ini telah pergi meninggalkan kita. Semoga kita bisa lulus dengan predikat camlaude (muttaqin), sehingga bisa mewarnai sebelas (bulan) lembaga pendidikan lainnya, untuk kemudian dengan penuh harapan kita bisa kembali bertemu dengan Ramadhan pada tahun berikutnya. Selamat jalan pendidikan gratis dan berkualitas internasional. Wallahu a’lam. []