Oleh: Drs. K.H. Mudrik Qori, M.A.

PUASA yang diterima Allah swt adalah puasa yang bermanfaat yang mampu menyirami hati menjadi hati yang subur ditumbuhi perbuatan-perbuatan baaik yang subur pula hingga menghasilkan buah ketaqwaan yang tidak kalah suburnya .

Allah swt berfirman: artinya “ hai orang-orang yang beriman diwajibkan kepada kalian berpuasa sebagaiman a telah telah diwajibkan (puasa tersebut) terhadap kaum sebelumnya. QS.Al-Baqarah 183. Dalam ayat ini terdapat tiga serangkai yang memimpin kita agar mampu mewujudkan ketaqwaan yaitu iman, puasa dan taqwa.

Seolah tiga serangkai ini menitipkan pesan: wahai orang-orang mukmin ketahuilah bahwa derajat tertinggi dalam iman adalah taqwa dan salah satu jembatan penghubung menggapai taqwa tersebut adalah taqwa.

Telah menjadi kewajiban bagi kita yang berpuasa untuk menjaga diri dari segala bntuk yang bisa menghapus pahala puasa kita, hingga puasa kita tidak hanya mencetak hasil lapar dan dahaga. Puasa adalah sarana pelatihan diri untuk membentuk jiwa yang teguh dan kokoh, perhatikanlah puasa bukan hanya menahan diri dari makan, minum dan bersetubuh. Tapi puasa adalah pelatihan diri menjadi seorang insan yang penuh Qanaah hingga terhadap hal-hal yang dihalalkan diluar siang hari bulan ramadhan pun sanggup untuk dihindari, ketika hal-hal yang halal saja mampu kita hindari maka dapat dipahami sikap penolakan dan sempurna akan kita miliki terhadap hal-hal yang mutasibih, makruh apabila haram. Karenanya puasa adalah benteng seorang mukmin sebagaimana di ungkapkan rasulullah saw.

Beliau bersabda: artinya puasa adalah benteng, maka kita seorang diantara kalian berpuasa maka hendaklah menjaga dirinya hingga tidak berkata kotor dan tidak berlaku bodoh, dan jika dihina oleh seseorang maka hendaklah ia berkata saya puasa. HR. Bukhori dan Muslim.

Puasa bukan hanya usaha menahan diri dari makan dan minum pada waktu yang telah ditentukan tapi puasa sejati adalah puasa jiwa dan raga, puasa rohani, Umar ra berkata puasa bukan hanya menahan diri dari makan dan minum tapi puasa juga adalah puasa dari kebohongan, kezalimnan dan kesia-siaan. Nabi ra berkata: jika engkau berpuasa hendaklah telinga, mata, lidahmu juga ikut berpuasa dari kebohongan dan kedurkaan. Janganlah menyakiti pembantu, ramah, dan tenbanglah ketika engkau berpuasa, dan janganlah sampai hari engkau berpuasa dan tidak berpuasa sama saja.

Demikian juga Maimun dan Muhran berkata: puasa yang paling ringan adalah tridak makan dan minum. Marilah kita renungi sampai dimanakah puasa kita? Atau kita justru termasuk pada kelompok “ demikian banyak orang yang berpuasa dan tidak mendapatkan hasil sedikitpun dari puasanya kecuali lapar, dan demikian banyak juga manusia yang shalat dimalam bulan ramadhan dan tidak menghasilkan apa-apa dari shalatnya tersebut kecuali bergadang. HR. Nasa’I Ibnu Majah dan Hakim.

Dalam hadist lainya rasulullah saw bersabda: barang siapa yang tidask meninggalkan perkataan dusta, mengerjakanya, dan kebodohan (menyambung puasa dari mulai pagi hingga magrib dan disambung dengan hari esok tanpa berbuka) Allah swt tidak membutuhkan makanan dan minumanya .HR. Bukhori dan Abu Daud, lafazd hadist Riwayat Abu Daud.

Semoga di Ramadhan yang mulia ini kita bisa meraih puasa sejati yang menjadi benteng kita untuk mengarungi sebelas bulan setelahnuya. Wallahu wahdahu qusdu assabil……….