Oleh: Drs. K.H. Mudrik Qori, M.A.
Puasa adalah ibadah jasmaniah untuk melatih jiwa menimbulkan etos keprihatinan dan melatih perasaan menjadi peka terhadap gejolak sosial yang ada disekitarnya. Melalui puasa kita dilatih untuk mampu menahan lapar, dahaga dan syahwat kita serta kepekaan kita juga dilatih untuk lebih memahami bahwa dari sisi makanan, manusia akan terbagi empat bagian, dan saat ini sedang terjadi dan kita rasakan, melalui puasa kita dilatih bersikap menghadapi empat kelompok manusia tersebut.
Pertama: mereka yang bertanya, makankah saya hari ini? Mereka ini adalah kelompok manusia yang hidup dibawah garis kemiskinan (fakir dan miskin), ketika kita berhadapan dengan kelompok seperti ini maka akan timbullah pertanyaan, siapa yang bersalah dan bertanggung jawab terhadap kelompok tersebut? Mereka atau kita semua? Dalam hal ini kita harus mencerna dengan bijaksana tidak langsung menyalakan orang lain, tapi kita hendaklah melihat pribadi orang tersebut terlebih dahulu. Jika mereka adalah orang-orang yang masih memiliki kesempatan untuk berusaha (usia, tenaga) lalu ia justru bermalas-malasan mengandalkan pemberian orang lain, maka dalam hal ini merekalah yang bersalah? Allah swt berfirman yang artinya: “sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, kepada mereka malaikat bertanya: “dalam keadaan bagaimana kamu ini.” Mereka menjawab: adalah kami orang-orang yang tertindas dinegeri, malaikat menjawab: bukankah bumi Allah Swt ini luas sehingga kamu terhijrah dibumi ini. Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali. QS. An Nisa’ 97.
Kesalahan golongan yang seperti ini terdapat pada mereka sendiri dan kita layak berkata terhadap mereka sebagaimana perkataan malaikat; Bukankah bumi Allah swt ini sangat luas?,,,, berhijrahlah mencari rezeki !… bagian lain dari golongan ini adalah orang yang memang tidak memiliki lagi kemampuan untuk berusaha dan harus meminta, maka yang bertanggung jawab terhadap kelompok ini adalah kita semua (terlebih lagi pemerintah). Allah swt berfirman; “dan terhadap orang-orang yang meminta-minta janganlah engkau menghardiknya” QS: Ad duha 10.
Kedua: Mereka yang berkata: Apa yang aku makan hari ini?… mereka ini adalah kelompok orang yang sederhana dan cukup, kesederhanaan yang seperti inilah yang selalu diajarkan Rosulullah saw. Bersyukur atas nikmat Allah swt berikan dan bersabar atas cobaan yang Allah swt turunkan. Karena hakikat kekayaan bukanlah kaya harta melainkan kekayaan hati.Allah swt berfirman artinya:”dan dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan lalu ia memberi kecukupan” QS: Ad duhaa 8. Rosulullah saw bersabda: Artinya”Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta akan tetapi kekayaan itu kekayaan hati” HR. Bukhori dan Muslim. Al Asas Fi Attafsir Juz 11 hal 6573.
Ketiga: Mereka yang berkata; Dimana aku makan?… kepada kelompok ini Allah swt titipkan harta kekayaan. Membelanjakan harta tersebut bukanlah sebuah kenistaan, namun mereka yang termasuk kelompok ini hendaklah menyadari bahwa harta mereka adalah titipan Allah swt dan sebagiannya adalah milik anak yatim dan fakir miskin. Allah swt berfirman:” dan pada harta mereka ada hak untuk orang miskin yang tidak mendapat bagian” QS: Adz Dzariat. Sebagai kelompok yang Allah istimewakan (dengan titipan harta) hendaklah ia bersikap sebagaimana yang di ceritakan Allah swt: artinya”dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberikan makanan kepadamu hanyalah mengharapkan ridho Allah swt. Kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula ucapan terimakasih” QS. Al-Insan 8-9. Sembari menjauhi sikap Qorun yang penuh kecongkakan dan kesombongan. Allah swt berfirman: artinya”Qorun berkata”Sesungguhnya aku hanya di beri hartaitu hanya diberi padaku” QS: Al-Qishos 78.
Keempat: Mereka yang bertanya; Apa Yang aku makan hari ini?… dan mereka adalah orang-oarang yang tercela sehingga Allah swt telah mewanti-wanti agar hal ini tidak terjadi. Allah swt berfiman:”Janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim supaya kamu dapat memakan sebagian harta benda orang lain itu dengan (jangan berbuat) dosa padahal kamu mengetahui” QS. Al-Baqoroh 188.
Melalui puasa kita dibina bagaimana bersikap ketika berada di salah satu diantara 4 kelompok di atas yaitu ketika kita berada pada kelompok, pertama bagaimana berusaha seoptimal mungkin sehingga bisa merubah nasib, dan Rosulullah saw sangat menganjurkan umatnya pada kelompok kedua, dan ketika kita berada kelompok ke-3, melalui puasa kita dibina untuk bersikap dermawan dan penuh etos kepedulian. Dan Allah swt melarang mengutuk serta mengancam mereka yang termasuk pada golongan keempat. Wallahu a’lam.